Apakah ikhlas bisa diukur? Jawabannya iya ikhlas bisa diukur. Kebetulan sahabatku yang dirahmati Allah, Ramadhan adalah sekolah keimanan. Dan hari-hari setelahnya adalah ujian. Kini sekolah Ramadhan akan datang kembali. Bagaimana dengan hasil ujian keimanan kita setahun ini? Nilainya merah atau biru?
Ramadhan Mengajarkan Keikhlasan
Masing-masing kita sadar bahwa Ramadhan dengan ibadah puasa yang istimewa memberi pelajaran penting. Nama pelajarannya keikhlasan.
Puasa tidak seperti sholat yang ada gerakan dan bacaan. Secara fisik tidak ada beda yang jelas antara yang berpuasa atau tidak. Sahur dan berbuka juga tidak menjamin ibadah puasa. Benar-benar sebuah ibadah yang meminta ikhlas dari pelakunya.
Dengan berharganya ikhlas bagi kita, pelajaran ikhlas di Ramadhan harusnya memberi perubahan dalam semua tingkah laku kita setelah Ramadhan. Tapi benarkah ilmu ikhlas telah kita dapatkan? Mari kita tengok perilaku kita.
Baca juga: Bagaimana Cara Agar Kita Bisa Ikhlas?
Senang Dapat Pujian
Hati- hati sahabatku. Ini adalah tanda-tanda nilai merah ikhlas. Orang yang ikhlas dalam berbuat kebaikan tidak mengharapkan pujian manusia. Ia hanya mengharap balasan dari Allah semata.
Maka bila kita merasa senang ketika melakukan kebaikan atau malah berbuat baik hanya untuk mendapat pujian orang lain, berarti sekolah Ramadhan belum memberi perubahan.
Kita masih berharap pujian dari manusia lain. Tidak ada yang layak mendapat pujian. Yang patut dipuji hanya Allah semata. Kita berbuat baik juga karena hidayah Allah semata.
Puasa Ramadhan melatih keikhlasan, karena tidak ada yang bisa dibanggakan dalam ibadah tersebut. Anak-anak juga bisa menahan diri dari makan dan minum selama sehari.
Maka orang yang berpuasa itu tidak pantas membanggakan diri. Apa yang mau dibanggakan? Anak kecil juga bisa.
Sekali lagi, semua itu karunia dari Allah. Bila Allah tidak memberi hidayah, tidak akan ada manusia yang bisa memberi petunjuk.
“Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Insaan: 29–30)
Itulah salah satu jawaban apakah ikhlas bisa diukur. Bisa bila kita merasa senang dapat pujian dari manusia karena melakukan kebaikan.
Sedih bila Kebaikan Berbalas Keburukan
Nilai merah ujian ikhlas selanjutnya adalah bila kita bersedih saat kebaikan dibalas keburukan. Orang yang ikhlas tidak mempedulikan pendapat orang lain.
Bila yang kita lakukan benar dan dilakukan dengan cara terbaik, hasilnya diserahkan kepada Allah. Kita hanya diminta berusaha, tidak diminta berhasil.
“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali ‘Imran:160)
Seorang muslim yang ikhlas sadar betul akan hal ini. Kebaikan yang ia lakukan tidak selalu berakhir baik secara hitungan dunia atau dalam pandangan manusia.
Umat Islam saat dipimpin Rasulullah dalam perang juga pernah mengalami kekalahan. Tidak hanya itu. Dakwah seluruh para Rasul dan Nabi Allah pasti menghadapi ancaman dan tantangan. Ini bukan berarti yang dianggap jelek dan dimusuhi manusia berarti jelek. Tapi itulah cara Allah menguji keimanan hamba-hambaNya.
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” (QS. Ali Imran: 140)
Yang ini adalah cara kedua mengukur ikhlas. Kalau kita merasa sedih setelah berbuat baik kita dapat keburukan. Berarti kita belum ikhlas.
Tetaplah terus berbuat baik Sahabatku. Jangan bangga dengan pujian, jangan sedih dengan caci dan tantangan. Ingatlah bahwa balasan yang Allah janjikan memang tidak sekarang. Balasannya tidak di dunia ini.
Semoga Allah mempertemukan kita kembali dengan sekolah Ramadhan. Semoga kita semua siap belajar ilmu ikhlas, menyerapnya saat Ramadhan dan menerapkannya dalam ujian setelahnya.
Itu tadi sedikit jawaban apakah ikhlas bisa diukur. Dan jawabannya bisa. Semoga Allah membimbing hati kita supaya tetap dalam keikhlasan.
Wallahu a’lam