Hikmah Beriman Kepada Allah dan Pertumbuhan Penduduk Negara

Ketemu lagi dengan jalanterang.com. Saat ini aku bakal sharing soal hikmah beriman kepada Allah yang jarang diungkap orang. Aku menemukan bahwa beriman kepada Allah mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan penduduk suatu negara.

Normalnya, ketika orang bicara soal hikmah atau manfaat beriman kepada Allah adalah balasan Allah di akhirat berupa surga. Ini adalah nikmat terbesar. Dan tidak ada jalan lain untuk mendapatkannya selain dengan beriman kepada Allah.

Kalau Seandainya Penduduk Beriman

Sebelum kita bahas lebih lanjut, aku tunjukkan sebuah ayat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Kalau orang beriman dan bertakwa, Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi.

Masalah Penduduk yang Menghantui Jepang

Dari ayat ini, aku bawakan fakta lain. Negara Jepang menghadapi masalah serius soal menurunnya jumlah penduduk. Skalanya menurun menjadi minus. Dengan kata lain, penduduk Jepang akan menurun.

Bila jumlah penduduk menurun, jumlah orang bekerja akan menurun. Orang tua semakin banyak, dan anak muda semakin sedikit. Lambat laun, jumlah pekerja akan semakin turun. Ada banyak pekerjaan tapi tidak ada yang mengerjakan.

Kenapa enggan berkeluarga dan punya anak. Biaya membesarkan anak besar. Belum lagi pekerjaan rumah tangga yang buat wanita capek. Jadi ya mending ndak pans-population-shrink-or-swim/

Jepang tidak Sendiri

Ada negara lain yang merasakan hal yang sama. China, Italia, Singapura, Korea Selatan dan Spanyol merasakan betapa susahnya menaikkan angka pertumbuhan jumlah penduduk.

Penyebabnya kurang lebih sama, mahalnya biaya hidup dan membesarkan anak. Pasangan-pasangan muda enggan memiliki anak. Mereka cenderung ingin memastikan mereka bisa hidup berkecukupan (kaya) sebelum berpikir punya anak.

Sudah ada studi biaya membesarkan anak dari sejak lahir sampai usia 18 tahun mencapai 622 juta rupiah. Nilai Ini di negara berkembang, kalau di negara maju pasti lebih mahal. Dan ini biaya memelihara satu anak. Bayangkan dengan 3 atau lebih anak. Kalau dihitung-hitung dengan matematika manusia akan sangat berat bila tidak kaya.

Tapi matematika Allah tidak seperti manusia. Banyak kisah bagaimana seorang tukang becak bisa menyekolahkan anaknya sampai sarjana. Aku sendiri pernah bertemu seorang satpam yang menyekolahkan anaknya sampai kuliah.

Kalau dihitung berapa sih penghasilan tukang becak atau satpam selama sebulan? Berapa yang harus dijadikan biaya hidup dan pendidikan anak dan keluarga. Tapi buktinya mereka bisa. Alasannya? Mereka yakin bahwa rejeki dari Allah itu sudah ada dan telah ditetapkan sebelum manusia lahir. Tidak perlu khawatir dengan masa depan.

Hikmah Beriman Kepada Allah yang Memastikan Rizki Makhluk

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
(QS. Hud 11: Ayat 6)

Saat orang beriman kepada Allah Yang Maha Memberi rezeki, ia yakin bahwa rizkinya sudah pasti ada. Rezeki anak dan istri juga sudah ditetapkan. Sehingga ia tidak khawatir menatap masa depan.

Baca juga: Membaca Al-Quran tapi Tidak Membaca

Ungkapan tidak ingin punya anak karena khawatir dengan biaya hidup tidak ada dalam kamus orang beriman.

Bayangkan bila keyakinan ini tersebar di kalangan pasangan muda, masalah pertumbuhan penduduk negara bisa diatasi.

Kembali pada ayat pertama di atas. Sekiranya penduduk negeri (Singapura,China,Jepang, Italia, Korea Selatan dan Spanyol) beriman dan bertakwa, mereka akan mendapatkan berkah dari langit dan bumi.

Keunggulan SDM ahli yang selama ini dimiliki oleh negara-negara ini akan semakin besar jumlahnya. Meski sumber daya alam terbatas, mereka bisa memajukan negara dengan SDM ahli yang berlimpah.

Bukankah ini berkah dari langit dan bumi? Ini baru satu sisi berkah yang bisa kutangkap. SDM ahli yang berlimpah. Bisa jadi ada berkah dalam bentuk lain yang belum kusadari.

Wallahu a’lam.

2 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *