Akan Ke Mana Setelah Kita Hidup?

Ya akan ke mana setelah kita hidup? Pertanyaan ini sering mampir dalam benakku. Bagaiamana jawabannya? Mari kita belajar perlahan-lahan.

Sahabatku, seringkali kita merasa lemas dalam menjalani hidup. Begitu banyak ujian, rintangan yang datang menerpa kita. Seakan-akan tidak ada henti-hentinya ujian dan rintangan itu datang bertubi-tubi.

Sementara kita sendiri seakan-akan merasa bahwa apa yang kita capai selama ini kurang memuaskan. Mulai dari pencapaian fisik, materi apalagi secara kepuasan emosional. Kita seakan-akan hanya berputar-putar di satu lingkaran yang tidak ada pangkal dan ujungnya.

Tetapkan Tujuan Akhirmu!

Segeralah terbangun sahabatku. Karena engkau sebenarnya sedang terlena. Engkau belum menetapkan akhir kehidupanmu. Sehingga ketika arah kehidupan tidak memiliki arah yang jelas, bisa jadi engkau memang belum tahu ke mana arah dan tujuanmu.

Maka, segeralah cari dan tetapkan arah kau akan melangkah. Ke mana ujung kehidupanmu akan berakhir. Bagaimanakah kondisi akhir kehidupan yang kau harapkan.

Sebuah kisah dari Stephen Covey, bila engkau ingin mencari arah kehidupanmu tanyakan pada dirimu bagaimana kondisi ketika kematianmu. Ketika itu engkau sudah terbujur kaku. Tidak lagi bisa berkata-kata atau menolak.

Satu-persatu orang datang ke pemakaman. Mereka mengucapkan kata-kata terakhir kepadamu. Apa ucapan mereka sahabatku?

Apakah mereka berduka ketika engkau telah tiada ataukah mereka bersyukur kau telah dipanggil Yang Kuasa? Apakah istri dan anak bersedih ataukah mereka merasa terbebas dari kondisi yang pedih?

Apakah teman-temanmu saling mengingatkan kebaikan yang telah kau lakukan atau mereka membanggakan maksiat yang kau kerjakan? Siapakah yang datang ke pemakamanmu wahai sahabatku? Siapakah temanmu? Siapakah istri dan anakmu?

Bayangkanlah akhir dari kehidupan ini untuk mendapatkan arahan baru. Bagaimana kau akan berakhir dunia.

Baca juga: Agar Sholat Khusyu’ 6 Kondisi Batin

Dunia Bukan Akhir Segalanya

Tapi itu saja tidak cukup bagi seorang muslim. Karena bagi setiap muslim, dunia ini bukanlah kehidupan yang satu-satunya. Akan ada kehidupan lain yang akan ditempati setelah akhir dunia ini. Kehidupan yang lebih kekal dan lebih terasa balasan kebaikan atau keburukannya. Di sanalah jawaban akan ke mana setelah kita hidup?

Maka pertanyaannya, bagaimanakah kondisi kita di kehidupan setelah dunia ini sahabatku? Apakah kita berbahagia dengan balasan keindahan dari Yang Maha Indah atau sebaliknya, Naudzu billah min dzalik.

Dalam kondisi apa kita nanti akan menghadap Allah Azza Wa Jalla? Apakah kita akan terbata-bata dan menyangkal semua tuduhan maksiat kita? Ataukah kita mendapatkan naungan dari Yang Mahal Pengasih dan Maha Pemurah?

Apakah kita akan merasakan lesatan jalan di atas sirath menuju surga atau kita bergelantungan dan tercebur ke neraka yang panas mengaga. Naudzubillah min dzalik.

Suatu ketika salah seorang ulama ditanya oleh anaknya, “Ayahku engkau kini sudah memasuki usia senja. Tidakkah waktunya kini bagi dirimu untuk beristirahat?

Apa jawab sang ulama, “Anakku, aku akan beristirahat, janganlah kau khawatir dengan keadaanku. Tapi ingatlah anakku, aku akan beristirahat ketika kakiku ini telah menapaki surga Allah.”

Subhaanallah. Sebuah akhir yang indah bukan sahabatku. Sebuah akhir di mana Allah akan memberikan rahmat dan ridho-Nya kepada semua penghuni surga. Akhir yang terlalu indah dan menggiurkan untuk dilewatkan demi kenikmatan sesaat yang kadang akan berakhir tanpa kita sadari.

Oleh karena itu sahabatku, maukah engkau memiliki akhir yang indah itu sebagaimana akhir indah yang dimiliki oleh para nabi dan rasul, para ulama dan para pejuang Islam?

Tidakkah engkau juga menginginkan akhir yang sama? Karena selainnya tidak ada lagi pilihan. Yang ada hanyalah kesengsaraan.

Harganya Tidak Murah

Namun kuingatkan, akhir indah di surga bukanlah harga murah. Ia harus ditebus dengan ujian dan cobaan. Maka bila engkau nantinya menemukan kesulitan, rintangan bahkan godaan jangan kaget dan panik, karena memang demikian adanya. Hal-hal yang indah harus ditebus dengan harga yang mahal.

Berat nian ujian kita di dunia ini sahabatku. Karenanya benarlah sang Utusan yang senantiasa meminta Bilal ketika adzan dengan ucapan, “Berikanlah waktu istirahat bagi jiwa kami dengan sholat wahai Bilal!”

Dunia ini adalah tempat manusia mendapatkan ujian baik kenikmatan dan kesulitan untuk melihat apakah ia akan tetap bersyukur atau kufur.

Tetapkanlah pikiran dan hatimu pada tujuan akhir yang mulia ini wahai sahabatku, karena tidak ada yang lebih berharga pada selainnya. Dan karena itu akan banyak kau jumpai manusia-manusia lain yang tidak memahaminya akan menghindarimu. Mereka mungkin akan menghina dan mengejekmu.

Dan memang demikianlah sebagaimana perjuangan Nabi, Rasul dan ulama terdahulu. Banyak orang akan terheran-heran. Mereka tidak melihat sebagaimana yang kau lihat.

Mereka tidak memiliki tujuan akhir sebagaimana yang kau inginkan. Mereka terkadang hanya melihat apa yang ada di depan mata mereka, tanpa mengetahui apa yang ada dibalik kehidupan ini adalah sebuah kehidupan yang lebih kekal dan abadi.

Sementara dunia ini hanyalah ladang menanam kebaikan yang hasilnya kita petik di kehidupan berikutnya. Jangan kau kecewa sahabatku, bila engkau tidak menjumpai op di tanganmu. Karena engkau sadar bahwa bukan itu yang kau cari. Di akhiratlah tujuan akhir akan ke mana setelah kita hidup.

Jangan pula engkau terlalu bergembira sahabatku, bila engkau merengkuh dunia. Karena engkau sadar itu hanya ujian untuk menguji kokohkah keinginan kita untuk mendapat akhir yang mulia.

Berat memang, tidak hanya sekarang. Dahulu para nabi, rasul dan ummatnya juga bertanya-tanya ketika ujian Allah itu datang. “Kapankah pertolongan Allah akan datang?”. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Usia kita di dunia ini tidaklah lama sahabatku, janganlah kau terlalu kecewa dengan kehidupan yang tidak mewah. Bila kita memegang iman dan tetap teguh dengan tujuan akhir yang indah, kita akan bermewah-mewah di surga Allah dengan rahmat-Nya.

Usia kita di dunia ini tidaklah lama sahabatku, janganlah kau terlalu terlena dengan kehidupan yang megah. Bila kita tetap yakin dan sabar menggunakan karunia Allah untuk mencapai tujuan akhir yang indah, kita akan menjumpai yang lebih di akhirat sana.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)

Wallaahu a’lam

1 komentar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *