Apakah kita boleh mencintai dunia? Jawabannya boleh. Tapi derajatnya tidak boleh lebih dari cinta Allah dan Rasul-Nya. Dunia itu mudah berubah. Kita yang dulunya cinta bisa berubah menjadi benci.
Dunia Tempat Perubahan
Sungguh merugi orang yang mencintai pagi hari. Ia merasa bersemangat saat pagi datang menyapa. Padahal tinggal menunggu waktu, pagi akan segera berlalu. Ia akan digantikan siang yang membuat gelap hilang.
Pun demikian dengan mereka yang mencintai siang. Mereka juga akan merugi. Karena meski siang membuat tubuh bersamangat, ia tidak bertahan lama. Hanya selang beberapa waktu, matahari akan tergelincir. Sinarnya makin meredup.
Baca juga: Kenapa Islam Itu Mudah?
Itulah kejadian hidup kita sehari-hari. Semuanya berubah. Dari yang terang benderang bisa kemudian berubah gelap dalam waktu yang cepat. Dari hujan lebat yang dingin menjadi cuaca panas juga tidak mustahil. Intinya, perubahan itu terjadi dan pasti terjadi.
Maka pantaskah kita mencintai yang berubah? Yang tidak kekal? Padahal ada yang tetap kekal abadi, tak berubah kapanpun. Itulah Sang Pencipta, Allah Yang Maha Esa. Satu-satunya yang kekal saat lainnya berubah, berganti dan tiada.
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (QS. Ar Rahmaan: 26–27)
Saudaraku, hikmah yang bisa kita dapatkan dengan merenungkan perubahan adalah memprioritaskan cinta. Mana yang lebih kita cintai? Mana yang lebih kita prioritaskan menjadi tujuan hidup kita?
Suami, istri, anak, ayah, ibu atau kekayaan yang kita miliki? Semua itu berubah. Ada yang menua, ada pula yang sikapnya berubah, ada yang membenci ada pula yang mencinta.
Allah Tidak Pernah Berubah
Tapi Allah Yang Maha Esa tidak pernah berubah. Ia Yang Maha Memberi kasih dan sayang tetap memberi kasih sayang kepada hamba-hambaNya. Ia Yang Maha Menerima Taubat tetap menerima taubat hambaNya, meski dosa hamba memenuhi angkasa. Ia tetap Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang berubah.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al Baqarah: 165)
Tapi dunia memang gampang membuat manusia terlena. Meski ia sadar tak ada yang kekal dalam dunia, manusia tetap saja memujanya. Meski semua serba berubah dan akan tiada, tetap saja manusia lebih menginginkannya. Mereka lebih mendambakan dunia dari pada Allah Maha Pemberi Rizki alam semesta.
Kami memohon ampun kepadaMu ya Allah karena menomorduakanMu atas dunia. Berikanlah petunjuk agar kami selalu ingat bahwa kami sekedar mampir saja dan akhirat adalah tempat akhir manusia.
Apakah kita boleh mencintai dunia? Boleh tapi cukup cinta sekedarnya saja.
Wallahu a’lam.