Mengapa perubahan sulit dilakukan di perusahaan? Tahapan perubahan si perusahaan memang banyak. Tidak cukup satu atau dua tahap. Menurut John P. Kotter ada 8 tahap. Dan satu tahap tidak boleh dilewati. Yuk kita simak 8 tahap perubahan berikut ini.
Persaingan Usaha Makin Ketat dan Cepat
Dunia usaha berada dalam masa perubahan yang sangat cepat. Bila dulu perusahaan besar sulit mendapat tandingan dan bisa merajai hingga puluhan tahun. Kini perusahaan seperti itu sangat sulit ditemukan.
Persaingan usaha semakin ketat. Banyak muncul perusahaan-perusahaan kecil yang lebih mengerucutkan segmen mampu melayani yang tidak dilayani oleh perusahaan besar.
Baca juga: Apa yang Membuat Karyawan Betah Bekerja?
Maka tidak heran, perusahaan-perusahaan terutama yang besar harus menghadapi tantangan perubahan yang cepat terjadi. Tapi ini tidak mudah. Banyak perusahaan besar yang akhirnya harus gulung tikar karena kalah bersaing.
Ketika Honda datang ke Amerika, tidak ada yang melihat perusahaan Jepang ini sebagai tantangan. Termasuk perusahaan otomotif besar Amerika, Ford. Tapi begitu lengah, produk Honda yang lebih kecil malah merajai konsumen Amerika.
Begitu juga dulu kalahnya Nokia oleh Blackberry, dan kalahnya Blackberry oleh iPhone, dan kini bersaingnya iPhone dengan Samsung.
Semakin ke depan, tantangan perubahan tampaknya semakin cepat. Perusahaan yang lambat menyesuaikan perubahan persaingan akan semakin tertinggal.
Bukan mereka tidak mencoba. Mereka sudah mencoba, tapi tidak semua perubahan itu berbuah manis.
Perubahan Menurut John P. Kotter
John P. Kotter selaku peneliti organisasi bisnis yang sudah lebih dari 30 tahun mendalami hal ini mengungkapkan sebuah kesalahan yang sering dilakukan perusahaan dalam memulai perubahan.
Ia mengungkapkan bahwa banyak organisasi, baik yang profit (bisnis) atau non profit (lembaga sosial) tidak tahu bahwa untuk melakukan perubahan sehingga bisa menyesuaikan dengan perubahan di luar, ada tahapan yang harus dilakukan.
Baca juga; Apa yang Dimaksud dengan Hukum Pareto?
Ada delapan tahapan yang harus dilakukan yakni, (1). Memunculkan perasaan darurat, (2). Membangun tim yang mengarahkan perubahan, (3). Membuat arah dan strategi perubahan, (4). Mengkomunikasikan arah perubahan.
Dilanjutkan dengan (5). Memulai aktivitas yang sesuai dengan arah perubahan, (6). Menghasilkan kemenangan jangka pendek, (7). Menghasilkan lebih banyak perubahan, dan (8). Meletakkan dasar pendekatan baru dalam budaya organisasi terkait perubahan.
Kesalahan dalam Membuat Perubahan
Nah, mengapa perubahan sulit dilakukan? Ternyata dari sekian banyak langkah ini, sebagian besar perusahaan melakukan kesalahan yang sama. Mereka melewati langkah pertama, memunculkan perasaan darurat untuk berubah.
Ada yang ingin membuat perubahan kemudian membuat sebuah visi perubahan, membuat rencana dan aktivitas perubahan, bahkan menyingkirkan orang yang dianggap menghambat aktivitas perubahan.
Tapi karena tidak melakukan tahap pertama, mereka tidak berjalan ke mana-mana.
“Kita memang sudah begini sejak dulu” atau “seperti kemarin saja sudah bisa berjalan”. Pernyataan seperti ini yang menjadi sasaran tahap pertama untuk dihilangkan.
Bila orang-orang dalam perusahaan tidak merasa bahwa mereka harus berubah, tidak ada yang akan membuat mereka berubah.
Semua harus diawali dari merubah pikiran orang. Mereka harus disadarkan bahwa mereka sedang dalam kondisi darurat.
Perusahaan yang besar dan menghasilkan untung berlipat itu sudah menjadi masa lalu.
Kini mereka dihadapkan dengan tantangan perubahan di luar yang semakin cepat. Bila mereka terlambat, maka mereka akan tergilas oleh persaingan.
Ada banyak sebab kenapa ini terjadi antara lain, rendahnya standar kinerja, ukuran kinerja yang tidak sesuai, kurangnya kejujuran untuk menyampaikan berita buruk, dan terlalu banyak kata-kata manis manajemen yang membuai.
Ketika menjumpai hal ini, banyak orang biasanya enggan berubah. Dan ini bukan sebuah proses yang mudah. Karena proses ini memang berhubungan dengan sebuah kebiasaan yang mungkin sudah berjalan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun.
Mendukung Anti-Perubahan
Tidak jarang kenyamanan ini juga memiliki pendukung. Bisa jadi salah satu manajemen juga merasa enggan untuk berubah.
Tapi bila tahap ini dilewati dan memilih melanjutkan perubahan ke tahap aksi, maka aksi itu tidak akan memiliki ruh. Aksi perubahan itu hanya akan menjadi salah satu bagian kerja perubahan sementara.
Setelah aksi perubahan selesai, selesai pula perubahan. Dan kenyamanan akan kembali menyerang pikiran orang yang berada dalam perusahaan. Maka, perubahan itu hanya menjadi penghias semata.
Tapi jangan pula berharap bahwa dengan selesai tahap pertama, tahap selanjutnya akan mengalir dengan sendirinya. Masih butuh semangat yang panjang untuk menyiapkan perubahan. Itulah alasan mengapa perubahan sulit dilakukan.
Saluran air yang dibiarkan tidak dibersihkan lama kelamaan akan tersumbat. Dan ini membuat air tidak mengalir. Air yang menggenang, tidak mengalir, akan menjadi sumber munculnya penyakit.
Begitu juga dengan perubahan. Bila sebuah organisasi hanya dibiarkan berjalan apa adanya, maka perubahannya akan menjadi perubahan ke arah yang lebih buruk. Harus ada usaha aktif agar perubahan itu menjadi perubahan yang baik.
Wallahu a’lam.
Sumber: Leading Change, John P. Kotter, Harvard Business School Press, 1996