Rendah hati menurut Islam adalah langkah pertama menerima hidayah. Ia akan menemukan ajaran, nasihat yang baru dan berbeda dari yang selama ini mereka dapatkan.
Ia mungkin tidak langsung menerima sesuatu yang baru. Tapi ia juga tidak langsung menolaknya. Berpikir dan mempertimbangkan kebenaran di dalamnya, ia akan menilai fakta-fakta baru dengan seksama.
Menolak Karena Nenek Moyang Tidak Mengatakan tentang Hal Itu
Bukan buru-buru mengatakan,“Tapi, Bapakku, Ibuku, Kakek dan Nenekku mengatakan ini yang benar. Apakah aku tega menjadi anak yang durhaka? Yang mengingkari ajaran keluarganya.” Potongan dialog ini banyak kita jumpai di Al Quran.
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 170)
Banyak dakwah Nabi dan Rasul mendapat tantangan karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh leluhur suatu kaum. Mereka tidak hanya menolak, bahkan memusuhi dan menyakiti para Nabi dan Rasul Allah ini.
Semua ini tidak lain karena mereka enggan mengganti paradigma. Dalam benak dan pikiran mereka selama ini, yang benar adalah yang sesuai dengan ajaran leluhurnya. Bila tidak, bukti apapun tidak akan mempan.
Bukti Nyata Tidak Berguna
Nabi Shalih as menunjukkan bukti berupa unta. Nabi Musa menunjukkan bukti berupa tongkat dan cahaya yang kuat. Nabi Isa menunjukkan bukti dengan menghidupkan orang mati.
Umat Nabi Nuh mendapatkan banjir bandang di depan mata. Apa yang mereka lakukan? Lari ke gunung. Terpikirkah oleh mereka bahwa dengan masuk kapal bisa lebih selamat? Ternyata tidak.
Tapi semua itu tidak banyak berguna. Bila orang yang didakwahi enggan mengubah paradigma. Karena mereka berpandangan bahwa nenek moyang mereka pasti benar, bila ada sesuatu yang baru yang berbeda, mereka serta merta langsung menolak.
Gunakan Akal
Padahal mereka sudah diberi bekal untuk belajar mencari kebenaran. Ketundukan akal, hati dan pikiran untuk mencari kebenaran adalah syarat agar perubahan yang lebih baik muncul.
Bila seseorang mau duduk tenang sambil berdiskusi serta belajar dengan sungguh-sungguh, pastilah ada perbaikan yang ia dapatkan.
Sebaliknya, bila yang terjadi adalah berdebat kusir yang masing-masing ingin memenangkan pendapatnya, yang muncul hanya ketidakpuasan dan kekerasan.
Bagaimana dengan kita? Maukah kita mendapat perbaikan? Maukah kita merendahkan hati untuk mencari dan mengikuti kebenaran? Terbukti bahwa rendah hati menurut Islam adalah langkah awal menuju hidayah.
Wallahu a’lam.