Kali ini kita belajar tentang apa saja penyebab perusahaan bangkrut. Yang bangkrut bukan perusahaan remeh. Perusahaan ini besar dan memimpin pasar tapi tetap saja bangkrut.
Dulu kita mengenal sebuah produsen telepon genggam bernama Motorola. Tapi kini nama itu tidak lagi berjajar. Kalah bersaing dengan kompetitornya, Nokia.
Nama Nokia yang sempat berjaya pun kini mulai meredup sejak munculnya iPhone. Setelah muncul iPhone, kini Samsung juga ikut menjadi pesaing berat dalam bisnis telepon genggam.
Dari yang besar kemudian kecil dan tenggelam semua berasal dari kesombongan. Kesuksesan dan kemenangan masa lalu menggelayuti mereka. Mereka berpikir bahwa kemenangan itu karena apa yang mereka lambskin.
Baca Juga: Pengertian, Jenis-jenis Bakat dan Contohnya
Kebangkrutan Motorola Diawali dari Kesuksesan
Motorola adalah produsen telepon genggam terbesar di Amerika pada pertengahan tahun 1990-an. Mereka menguasai 60% pasar telepon genggam saat itu.
Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Amerika saat itu mengajukan sebuah permintaan kepada Motorola. Sebuah teknologi baru muncul. Bila selama ini telepon genggam menggunakan teknologi analog, sudah saatnya telepon genggam menggunakan teknologi digital.
Bagaimana tanggapan Motorola atas permintaan ini? Mereka menolaknya mentah-mentah. Mereka membuat telepon genggam yang lebih kecil tapi tetap dengan analog. Petinggi Motorola berpikir bahwa pelanggan mereka pasti tidak ingin teknologi baru, mereka ingin teknologi analog yang lebih baik.
Bahkan mereka memaksa rekanan mereka, para perusahaan penyedia jasa telekomunikasi, agar menggunakan 75% produk mereka dengan produk Motorola terbaru. Hal ini tentu saja membuat rekanan Motorola kecewa. Mereka pun mencari rekanan lain. Yang kemudian Nokia dan Qualcomm menangkap peluang ini dengan produk digital mereka.
Nokia Mengulang Kesalahan Motorola
Nokia juga mengulang kejadian yang sama, tapi kali ini di internal mereka sendiri. Di tahun 2004 Nokia adalah penguasa pasar telpon genggam saat itu. Mereka merasakan sukses yang luar biasa.
Beberapa orang staf di Nokia mempresentasikan sebuah gambaran telpon genggam masa depan. Telepon genggam yang langsung terhubung dengan internet dan tidak menggunakan tombolmelainkan layar sentuh.
Bagaimana tanggapan manajemen Nokia saat itu? Mereka menganggap hal itu bagus tapi berbahaya. Bila mereka memproduksi telepon genggam seperti itu, maka keuntungan penjualan produk mereka akan turun drastis. Mereka masih ingin menikmati kesuksesan yang mereka dapatkan.
Kemudian di tahun 2007 sesuatu terjadi. Entah muncul dari mana, sebuah perusahaan yang tidak pernah berkecimpung dalam bisnis telepon genggam meluncurkan produk yang menggemparkan pasar telepon genggam saat itu.
Apple meluncurkan iPhone, telepon genggam dengan fitur yang ditolak oleh manajemen Nokia. Produk ini digandrungi seluruh konsumen di dunia. Dan sejak 2004 itulah, 80 persen pasar Nokia hilang.
Perusahaan Lain Juga Tidak Luput dari Kesalahan Ini
Begitu juga yang terjadi dengan Circuit City yang sejak 2009 mengalami kebangkrutan. Circuit City adalah perusahaan ritel elektronik. Dia berada di puncak kesuksesan di tahun 1995.
Ketika itu, para pimpinannya memulai inovasi besar-besaran tanpa memperhitungkan alasan-alasan yang membuat mereka besar. Mereka membuat bisnis baru yang jauh berbeda dengan keunggulan mereka sebelumnya. Dan akhirnya mereka kalah bersaing dengan Best Buy.
5 Pelajaran Utama dari Kebangkrutan Perusahaan Besar
Dari kisah-kisah tersebut, ada beberapa pelajaran penting bagaimana bisnis yang sukses malah kemudian turun dan bangkrut. Pelajaran ini untuk menjawab apa saja penyebab perusahaan bangkrut.
Pelajaran pertama adalah sukses yang menumbuhkan kesombongan itu berbahaya. Seringkali kesuksesan dianggap sebagai sesuatu yang memang layak didapatkan. Mereka yang sombong menganggap bahwa kesuksesan itu akan terus berlanjut tak peduli apa yang mereka lakukan. Mereka lupa bahwa sukses itu buah dari buah dari kerja keras.
Pelajaran kedua adalah jangan meninggalkan inti bisnis (business core). Mereka yang sudah merasa besar dan sukses mencoba bisnis yang jauh berbeda yang mereka tidak punya sejarah kesuksesan di dalamnya. Dan mereka melakukan itu dengan besar-besaran tanpa perhitungan matang.
Pelajaran ketiga adalah melupakan alasan kesuksesan. Seringkali orang sukses menyampaikan bahwa mereka sukses karena melakukan ini dan itu. Padahal di dunia bisnis, pemahaman tentang mengapa hal itu berhasil dan tidak, lebih bermakna.
Pelajaran keempat adalah jangan berhenti belajar. Pimpinan yang telah merasakan sukses cenderung melupakan belajar. Padahal dunia ini selalu berubah. Untuk itu belajar tidak pernah menjadi sesuatu yang usang bagi siapapun, termasuk bagi mereka yang telah merasakan sukses.
Dan pelajaran kelima adalah bisa jadi sukses itu karena beruntung. Orang seringkali merasakan sukses karena beruntung ia melakukan sesuatu di waktu dan tempat yang tepat. Tapi tidak jarang juga yang merasa sukses itu adalah hanya karena kemampuan mereka saja yang hebat.
Kesuksesan atau kemenangan masa lalu bisa jadi berbahaya. Mereka membuatmu besar kepala tentang apa yang bisa kau raih. Kau merasa bahwa sukses itu karena dirimu semata. Kemenangan itu bisa menumbuhkan rasa sombong dalam dirimu, dan karena itu, korbankan segera kemenangan masa lalumu.
Itu tadi apa saja penyebab perusahaan bangkrut. Jangan lupa like dan share bila senang dengan artikel ini.
Wallahu a’lam
Sumber: How The Mighty Fall And Why Some Companies Never Give In, karya Jim Collins, 2009