Apa yang dimaksud dengan hukum Pareto? Seperti apa prinsipnya? Dan apa kegunaannya? Yuk belajar hukum Pareto atau hukum 80/20!
Sejarah Pareto
Seorang berkebangsaan Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923) ingin mengetahui jawaban dari pertanyaannya. “Apakah ada pola tertentu dari distribusi kekayaan orang-orang di Inggris di abad ke-19?”
Dan jawabannya memang ada sebuah pola tertentu yang kemudian dikenal dengan Hukum Pareto. Dia menyatakan bahwa 20 persen populasi di Inggris ketika itu memiliki 80 persen kekayaan. Sementara 80 persen populasi hanya memiliki 20 persen kekayaan.
Kemudian ia melihat data pada waktu dan di negara yang berbeda. Hasilnya? Tetap sama. 20 persen populasi menguasai 80 persen kekayaan.
Pengamatannya kemudian dilanjutkan oleh George K Zipf dan Joseph Moses Juran. Dan hasilnya tetap sama. 20 sampai 30 persen sumber daya menentukan 70-80 persen aktivitas dengan sumber daya tersebut.
Pada 1963 IBM mengambil prinsip ini. Mereka sadar bahwa 80 persen operasi komputer dilakukan dengan memanfaatkan 20 persen kode yang ada. Maka mereka pun merevisi software yang sudah ada untuk memaksimalkan 20 persen tersebut. Hasilnya? IBM berhasil membuat produk yang menguasai pasar komputer di masa itu. Itu bisa memberi gambaran singkat apa yang dimaksud dengan hukum Pareto.
Baca juga: Tes Minat Bakat Mandiri, 5 Pertanyaan untuk Bantu Cari Tahu
Bagaimana Hukum 80/20 Bisa Terjadi?
Ketika hukum Pareto ini berjalan, kita bisa melihat bahwa yang kaya akan semakin kaya. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Bayangkan saja dalam sebuah kolam ikan yang berisi dua ekor ikan yang berbeda besarnya. Meskipun perbedaannya tidak terlalu besar, ikan yang lebih besar, pasti membutuhkan makanan yang lebih banyak.
Tidak hanya itu, karena lebih besar, ia juga memiliki tenaga yang lebih besar untuk berusaha mendapatkan makanan. Dan akhirnya hukum 80/20 pun terjadi. Ikan yang lebih besar akan semakin besar, sementara ikan yang kecil akan semakin kekurangan.
Manfaat Memahami Hukum 80/20
Ketika memahami hukum 80/20 ini, bukan berarti bahwa yang miskin tidak memiliki kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Sebaliknya, dengan memahami hukum 80/20, yang miskin bisa berubah ke arah lebih baik.
Bila kita memperhatikan betul-betul, dalam sebuah perusahaan, 20 persen dari karyawan akan menghasilkan 80 persen keuntungan yang diraih oleh perusahaan. Atau 20 persen produk atau layanan yang dimiliki akan menghasilkan 80 persen keuntungan yang didapatkan.
Maka pertanyaannya, kenapa perusahaan tersebut tidak memaksimalkan 20 persen ini dan meminimalkan 80 persen sumber daya yang lain yang hanya menghasilkan 20 persen keuntungan?
Dengan contoh yang lebih sederhana, bayangkan seorang penjual pentol yang harus berkeliling ke beberapa lokasi. Maka bila dia memahami hukum 80/20, dia akan berhitung, dari (misal) 10 lokasi yang ia datangi, tidak mungkin semuanya mendapatkan pembeli dengan jumlah yang sama.
Bisa jadi, dari 10 lokasi yang ia kunjungi, empat lokasi tertentu sudah menghabiskan 70-80 persen dagangannya. Maka dari hitungan sederhana ini ia bisa memutuskan, daripada menghabiskan tenaga dan waktu dengan 10 lokasi, ada baiknya ia mengurangi dua atau tiga lokasi yang tidak menguntungkan.
Atau dari jenis dagangannya. Bisa jadi seorang penjual pentol menjual berbagai jenis pentol (misal lima jenis). Dan dari lima jenis ini, maka, bisa dilihat adakah jenis pentol yang memberikan keuntungan paling besar?
Bisa jadi ada dua atau tiga jenis pentol yang memberi keuntungan lebih dari 70 persen. Maka, dengan itu ia bisa memutuskan jenis pentol mana yang bisa ia buat lebih dan mana yang jumlahnya mesti dikurangi.
Ini adalah sebuah hitungan sederhana. Tapi dengan memahami hukum 80/20, seorang penjual pentol bisa bekerja lebih ringan tapi tetap mendapatkan keuntungan lebih besar.
Harus Memilih! Tidak Bisa Semua Dihandle
Semua jenis usaha bisa menggunakan hukum 80/20. Penggunaannya bisa untuk mengevaluasi kinerja karyawan, melihat kekuatan sebuah produk, menentukan pangsa pasar atau konsumen.
Yang harus dipahami bahwa tidak semua karyawan memiliki kinerja yang sama. Ada yang sangat baik, ada juga yang harus dimarahi untuk bekerja. Begitu juga dengan produk, ada yang memberikan keuntungan terbesar, ada juga yang tidak memberikan untung malah merugikan.
Dan karena tidak sama, maka kita harus benar-benar memilih karyawan yang memiliki kinerja baik. Kita harus menentukan produk unggulan yang kita pilih. Kita harus menentukan konsumen mana yang paling menguntungkan kita. Bagaimana? Sudah dapat ya gambaran tentang apa yang dimaksud dengan hukum Pareto. Tertarik mencoba hukum 80/20?
Wallahu a’lam