Sahabatku, di balik peristiwa Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah ternyata ada hal-hal yang bisa kita jadikan pelajaran berharga. Tidak semua orang yang telah Islam meyakini syahadatnya.
Aku Hanya Orang yang Lemah
Dan tidak hanya sekarang. Dahulu, ketika Rasulullah berhijrah, Allah pun sudah menunjukkan hal itu kepada kita, umat Islam.
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.” Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali, (An-Nisa’: 97)
Sebagian umat Islam yang ada di Mekkah ketika diperintahkan oleh Rasulullah untuk berhijrah ternyata mengambil sikap yang berbeda. Ketika para saudara muslimin berhijrah, mereka tetap bergeming tak bergerak.
Saat sebagian besar muslimin ketika itu harus rela berpisah dari keluarga, tanpa membawa harta yang berharga sedikitpun, mereka malah tidak beranjak. Dan keengganan mereka harus dibayar mahal.
Ketika perang Badar pecah, para kafir Quraisy pun mengajak mereka untuk bergabung dalam barisan kafir Quraisy. Terpaksa ikut, mungkin itulah yang menyebabkan mereka akhirnya bergabung dalam kelompok kafir Quraisy ketika berperang.
Namun itu sudah cukup untuk membuat mereka menjadi musuh bagi umat Islam.
Dan kesudahan yang buruk (khusnul khatimah) ditunjukkan oleh Allah. Orang-orang yang awalnya bersyahadat meyakini Allah sebagai Tuhan yang disembah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya ternyata berakhir di neraka jahanam. (Na’udzubillah min dzalik)
Baca juga: Bila Ini adalah Perintah Allah, maka…..
Sebenarnya Sudah Beriman tapi….
Sahabatku, bagaimana bila kita di posisi mereka? Sebuah posisi yang logis untuk diambil, menurut pandangan manusia. Mereka terpaksa untuk tidak berhijrah. Mereka memandang diri mereka sebagai orang yang lemah dan tidak berdaya. Pemimpin Quraisy memaksa mereka untuk tidak hijrah ke Madinah.
Sudah bersyahadat, namun untuk mengikuti bersusah-susah dengan para muslimin lainnya mereka masih bimbang. Mungkin juga karena keengganan mereka untuk meninggalkan keluarga dan harta yang terlanjur mereka cintai.
Dan akhirnya ketidaktegasan menentukan pilihan dalam peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah malah membuat mereka sengsara. Mereka di saat perang Badar juga dipaksa ikut dalam barisan kafir Quraisy. Mereka akhirnya kemudian dengan sendirinya memaksa dirinya untuk menjadi orang yang memerangi umat Islam.
Mereka menjadi golongan yang bermusuhan dengan umat Islam. Dan ketika hal itu terjadi, dengan alasan apalagi mereka bisa menyangkal untuk menghindari siksaan Allah.
Itulah ujian yang pasti dialami oleh umat Islam siapapun dia. Ujian yang ingin mengetahui kadar dan bukti akan keimanan yang diungkapkan tiap hari bahwa, sholatnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah. Ketika diperintahkan meninggalkan keluarga dan harta, bisakah kau membuktikan ucapanmu sahabatku.
Ketika kamu berada di sebuah lingkungan yang jelek, yang di sana kamu tidak dapat berdakwah, bahkan cenderung membahayakan keimanan diri dan keluargamu. Apa jawaban imanmu? Apakah kamu akan tetap berada di sana ataukah mencari lingkungan lain yang lebih baik bagi diri dan keluargamu?
Hal ini membutuhkan ketegasan. Karena ketika masyarakat sudah memandang maksiat sebagai sebuah keumuman, bisa dipastikan acara-acara masyarakatnya akan dipenuhi dengan kemaksiatan. Bila kamu diundang untuk menghadiri acara tersebut, bagaimana jawabanmu?
Serba sulit pastinya. Ketika datang pasti bertentangan dengan hati nurani. Namun ketika tidak datang akan mendapatkan pertentangan akan keberadaan kita di tengah masyarakat.
Kemudian jawaban apa yang kita pilih?Apapun jawabannya akan menjadi dilema.
Antara Ikut Allah atau Ikut Masyarakat
Di satu sisi kita telah mengikrarkan untuk mematuhi Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Di sisi lain kita juga menjadi anggota masyarakat yang dibutuhkan partisipasinya di tengah-tengah mereka.
Dilema ini jugalah yang menghinggap sebagian umat Islam yang memilih untuk tidak berhijrah. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan untuk hijrah.
Akhirnya ketidaksertaan mereka dalam hijrah membuat mereka bimbang dalam keputusan-keputusan berikutnya. Dan akhirnya mereka tersandera oleh rasa tidak enak dengan masyarakat Quraisy ketika perang Badar.
Dan sungguh nahas, mereka pun berhadapan dengan umat Islam yang pada waktu hijrah mereka bersegera meski harus kehilangan keluarga dan hartanya. Dan saat mereka terbunuh dalam perang Badar, Allah memberikan balasan yang buruk yakni neraka Jahanam. Na’udzubillah min dzalik.
Sahabatku, ketegasan untuk memilih hingga saat ini mungkin belum bisa kita pastikan. Ketika kebaikan dan keburukan menjadi sesuatu yang berkumpul dalam sebuah kondisi kita akan kesulitan memutuskan di sisi mana sebenarnya kita?
Semoga Allah mengindarkanmu dari kondisi-kondisi yang membuat kita kesulitan dalam menentukan pilihan. Semoga Allah memberikan keteguhan hati dan kekuatan iman dalam menentukan pilihan. Sehingga kita tidak termasuk dalam golongan yang dimurkai Allah dan mendapatkan balasan yang sangat jelek.
Semoga kisah yang jarang diceritakan tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad ke Madinah ini menjadi pelajaran bagi kita.
Wallahu A’lam