Cerita istri Nabi Luth berkhianat memang sudah sering kudengar. Kala itu, aku membayangkan bahwa perilakunya seperti perilaku kaum Nabi Luth di mana laki-laki suka laki-laki. Tapi ternyata bukan seperti itu. Khianatnya adalah karena ia menceritakan kedatangan tamu Nabi Luth.
Ini baru kuketahui setelah membaca tafsir Ibnu Katsir surat At-Tahrim.
Kisah Istri Nabi Luth
Nabi Luth adalah nabi yang hidup di jaman Nabi Ibrahim. Bahkan malaikat yang membawa berita azab Nabi Luth datang mengunjungi Nabi Ibrahim terlebih dulu. Mereka membawa berita gembira bahwa Nabi Ibrahim akan dikaruniai putra.
Setelah memberi kabar gembira, para malaikat juga mengabarkan bahwa mereka akan mengabarkan azab kepada kaum Nabi Luth.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan kabar gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (para malaikat) Kami tentang kaum Luth. Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati, dan suka kembali (kepada Allah). Wahai Ibrahim! Tinggalkanlah (perbincangan) ini, sungguh, ketetapan Tuhanmu telah datang, dan mereka itu akan ditimpa azab yang tidak dapat ditolak.”
(QS. Hud 11: Ayat 74-76)
Setelah itu datanglah mereka kepada kaum Nabi Luth. Melihat banyak tamu yang berparas tampan, kaum Nabi Luth tersulut syahwat. Mereka meminta agar para tamu dipertemukan dengan mereka.
Kisah selanjutnya sudah kamu tebak, Nabi Luth menolak. Dan kaumnya berdebat dengannya. Di akhir cerita para tamu yang datang membawa kabar azab meminta Nabi Luth pergi tanpa istrinya. Karena istrinya termasuk orang yang mendapat azab.
Kisah ini sudah sering kudengar tapi pengkhianatan apa yang dilakukan oleh istri Nabi Luth tidak pernah kutahu. Aku mengambil kesimpulan bahwa perilaku istrinya ini sama dengan perilaku kaumnya.
Pengkhianatan Istri Nabi Luth
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh, dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka).””
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 10)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas berkata bahwa tidak ada satupun istri dari nabi-nabi yang berbuat serong (zina). Mereka dihukum berkhianat karena mereka berkhianat dalam masalah agama.
Dan pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nabi Luth adalah karena ia memberitakan datangnya tamu lelaki di rumah Nabi Luth kepada kaumnya.
Baca juga: Membaca Al-Quran tapi Tidak Membaca
Pelajaran dari Pengkhianatan Istri Nabi
Dua wanita yang menjadi istri nabi dalam surat At Tahrim bergaul dengan suaminya (Nabi Nuh dan Nabi Luth) sama seperti pergaulan suami istri pada umumnya. Makan, minum dan tidur bersama-sama seperti suami istri pada umunya. Tapi iman dalam hati tidak ada yang tahu.
Kisah ini membuatku belajar. Iman adalah urusan personal. Tidak ada hubungannya dengan keluarga atau pertalian darah. Bahkan istri nabi saja tidak aman dari godaan setan. Apalagi aku yang tidak punya kerabat kyai, bu nyai, Gus Baha’, Ustadz Abdus Shomad dan lainnya.
Aku harus menguatkan imanku. Istri, anak, orang tua memang berpengaruh. Tapi iman dan amal dipertanggungjawabkan masing-masing. Jangan merasa aman karena orang dekat paham ilmu agama atau ibadahnya terlihat baik. Keluarga bukan jaminan soal iman.
Pelajaran kedua adalah agar aku tidak menyimpulkan secara sembrono. Karena kaum Nabi Luth suka sesama jenis, belum tentu istrinya yang merasakan azab juga melakukan hal yang sama. Hal ini membersihkan pikiranku yang selama ini mengira pasangan nabi ternyata melakukan hal kotor seperti itu.
Kesimpulanku salah besar. Istri Nabi tidak melakukan zina. Kesalahannya adalah memberitahu kaumnya saat datang tamu lelaki ke rumah Nabi Luth.
Wallahu a’lam.
3 komentar