Membangun keluarga sakinah itu butuh usaha sejak dari dunia. Ramadhan adalah kesempatan emas. Marhaban Yaa Syahrul Mubarak. Selamat datang bulan Ramadhan. Bulan yang kita nantikan. Bulan yang kita dambakan. Bulan yang kita rindukan. Bulan yang penuh keberkahan dan keindahan.
Pahala Puasa tidak Terkira
Kita ingat bahwa bulan ini akan menjadi titik tolak bagi ketajaman spiritual ruhaniyah kita. Bagaimana tidak, kita dimanjakan oleh Allah. Pahala yang sangat besar dan luar biasa, tidak terhitung dengan kalkulasi matematika
manusia.
Sehingga tidak heran milyaran ummat muslim dibumi ini berbondong-bondong untuk menghidupkan rumah dan masjid dengan lantunan ayat-ayat al-Qur’an, sholat sunnah berjamaah dan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya.
Ibadah puasa adalah ibadah yang khusus untuk Allah SWT. Tapi, mempunyai pengaruh yang besar bagi hamba yang mengerjakan dengan ikhlas karenaNya. Termasuk dalam konteks membangun keluarga sakinah dimulai sekarang. Dengan ibadah puasa keluarga kita semakin kuat
bertaqarrub kepada Allah tanpa mengurangi hak-hak keluarga.
Rasulullah berpuasa, tapi hak-hak keluarganya tetap dipenuhi. Dalam tarbiyyah diniyyah Allah sudah menggariskan dalam surah at-Tahrim ayat 61 sebagai landasan untuk mendidik anggota keluarga, dan perintah agar kita dan keluarga selalu berada dalam ketatan kepadaNya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Baca juga: Siapa Keluargamu Sebenarnya?
Membangun Keluarga
Kepala keluarga dalam hal ini adalah orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya menuju pemahaman Islam yang benar.
Hal-hal yang bisa diajarkan selama Ramadhan, baik pengenalan yang benar terhadap Allah, dan pengenalan terhadap Rasulullah melalui tsirah dan seluruh aspek yang beliau teladankan.
Orang tua harus mampu memberi pendidikan yang dapat menunjang ibadah puasa anak- anaknya. Salah satunya dengan memberi tuntunan amalan sunah yang bisa mereka lakukan, seperti: mendahulukan berbuka, mengakhirkan sahur, membiasakan qiyâmul-lail (bangun malam dan mengerjakan tarawih), membiasakan tadarus dan zikir, serta mengajak mereka menyambut lailatul qadar.
Ramadhan adalah waktu bersatunya keluarga. Apabila hari-hari biasa kesibukan pekerjaan selalu menghantui sehingga para ayah dan. bunda selalu pulang malam-malam dan jarang makan bersama. Kalau ramadhan bisa dipastikan semua kita punya komitmen untuk maghrib bersama-sama, berbuka satu keluarga dan ke masjid bersama-sama.
Subhanallah indah sekali. Ramadhan bait jannati. Kehidupan spiritual keluarga pasti akan hadir disini. Ketika sepertiga malam telah datang bunda membangunkan ayah untuk sholat malam bersama. Mengusap-usap pipi anaknya dengan penuh kasih sayang. “Bangun nak kita sahur bersama.”
Sholat shubuh ke masjid dengan berjamaah. Malam harinya bersama-sama berbuka bersama-sama dilanjutkan sholat terawih dan tadarrus bersama. Semua adalah suasana surga.
Subhanallah sungguh beruntung bagi kita yang bisa bersama-sama keluarga menyiapkan rumah di surga nanti.
Kemudahan Membangun Keluarga Sakinah sampai ke Syurga
Dalam konteks mendahulukan berbuka, Rasulullah telah bersabda, “Selalu manusia itu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.“(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Begitu pula untuk mengakhirkan sahur yang penuh dengan kebaikan. Dalam sebuah hadits diterangkan: Dari Anas ra, “Kami sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami bangkit untuk shalat. Aku berkata kepada beliau, “Berapa lama antara keduanya (sahur dan shalat subuh)? “Beliau menjawab, “Kira-kira orang membaca lima puluh ayat.” (HR.Muslim).
Bahkan dalam ibadah sahur ini banyak sekali Rasulullah menggariskan dan menekankan untuk dijalankan karena keberkahan dan kebarokahan didalamnya.
Dari Abdullah ibn al-Harits, dari seorang sahabat Rasulullah: Aku masuk menemui Nabi SAW ketika beliau sedang makan sahur. Beliau bersabda, “Sesungguhnya makan sahur adalah berkah yang Allah berikan kepada kalian. Maka janganlah kalian tinggalkan.” (HR.Nasa’i 4/145,dan Ahmad 5/270).
Keberadaan sahur sebagai berkah sangatlah jelas, karena dengan makan sahur berarti mengikuti Sunnah, menguatkan dalam puasa, menambah semangat untuk menambah puasa karena merasa ringan orang yang puasa.
Dalam makan sahur juga (berarti) menyelisihi Ahlul Kitab, karena mereka tidak melakukan
makan sahur. Oleh karena itu Rasulullah menamakannya dengan “makan pagi yang diberkahi”. (HR. Ahmad 4/126, Abu Daud 2/303, danNasa’i 4/145)
Ramadhan harmoni. Kebaikan lisan dan perbuatan senantiasa menjadi nafas kehidupan keluarga kita di saat ramadhan ini. Kata-kata yang terucap adalah kalimat dzikir dan penuh kelembutan. Ungkapannya berbau ahli surga.
Tidak ada kata-kata umpatan, kata kasar dan tidak bermanfaat, semua itu sudah dibungkus, diikat kemudian dibuang agar tidak kembali lagi. Sehingga nuansa keluarga begitu sejuk, syahdu dan penuh dengan rasa kasih sayang.
“Assalamu’alaikum sayang, apa kabar anakku yang manis? Hari ini bunda bikinkan buka puasa yang special kesukaan makananmu. Bagaimana bunda hari ini semakin sholihah aja nih.”
Sebuah ungkapan yang terkadang susah kita temukan di bulan-bulan yang lain. Kita pasti berangan-angan seandainya 11 bulan yang lain adalah bulan Ramadhan juga.
Insya Allah kalau kita mendapatkan predikat la’allakum tattaqun nuansa harmoni ini akan bisa kita pertahankan di bulan-bulan berikutnya.
Menjalani Ramadhan, juga akan sangat baik jika kita dapat mengajak keluarga untuk bersama-sama menyambut lailatul qadar. Kegiatan ini adalah tradisi Rasulullah. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits dari Aisyah ra.
“Bila masuk malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, Rasulullah menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya (tidak menggauli istri-istrinya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam