Apakah Orang Beriman Diuji? Ini Kisah di Jaman Rasulullah SAW

Pertanyaan apakah orang beriman diuji sudah ada jawaban. Dan jawabannya iya. Orang beriman diuji. Berikut ini adalah salah satu kisah hidup Rasulullah saat berada di Madinah.

Kala itu, kondisi sudah nyaman. Tidak ada lagi yang disiksa, tidak ada lagi yang dikurung dan dilukai. Semua sudah bebas menjalankan apa yang mereka yakini. Sungguh sebuah keadaan yang diidamkan sejak lama.

Baca juga: Kesimpulan dari Perang Badar, Saudara Itu Iman bukan Darah

Perang Saat Tenang

Namun entah kenapa, ada sebuah perintah yang ganjil. Ganjil karena di saat kedaan mulai tenang, ada perintah untuk berperang. Kenapa? Bukankah kedaan aman yang didamba? Kenapa berperang?

Bagaimana bila engkau mengalami hal yang sama sahabatku? Setelah bertahun-tahun kau mendapati siksaan, lalu suatu ketika kau berada dalam tempat dan kedaan yang berbeda. Kau berada dalam keadaan nikmat, tenang, nyaman dan damai.

Lalu entah bagaimana, tiba-tiba saja pemimpin yang rela kau ikuti memerintahkan dirimu untuk bergabung dalam peperangan.

Pasti banyak pertanyaan yang muncul. Dan memang begitu juga kondisi para sahabat setelah mereka mendapatkan kenyamanan dan kedamaian di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib.

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Betul sahabatku, sebuah perintah perang setelah masa-masa damai memang membuat hati gusar. Tapi Allah Yang Maha Mengatur alam semesta lebih tahu dari semua makhluk. Allah-lah yang lebih tahu tentang diri manusia.

Baca juga: Mengapa Umar bin Khattab Menolak atas Perjanjian Hudaibiyah?

Untuk Tahu Kualitas Iman Butuh Ujian

Dan kemudian hikmah itu muncul. Allah membuka tabir yang selama ini tertutup dari pandangan kaum muslimin di Madinah. Di antara mereka ternyata ada yang ragu-ragu, enggan dalam menyambut seruan Allah.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS. At Taubah: 45)

Mereka inilah kaum munafik yang bersembunyi di balik ucapan-ucapan manis dan tipuan. Dengan adanya perintah perang yang menyesakkan hati mereka, terbukalah siapa yang sebenarnya beriman dan siapa yang hatinya kufur.

Karena sesungguhnya orang yang beriman adalah mereka yang ketika mendengar perintah dari Allah dan Rasul-Nya mereka menjawab ‘kami dengar dan kami patuh’.

Dan Islam ini punya banyak cara menunjukkan kesejatian iman seseorang atau kepalsuannya?

Ibadah juga Menguji Iman Kita

Ketika adzan Shubuh berkumandang, mereka yang beriman akan menjawab
sami’naa wa atho’naa”, kami mendengar dan kami patuh. Bergegas mereka memenuhi panggilan Allah meski pagi buta dan udara dingin menusuk badan.

Namun mereka yang ada nifaq dalam hatinya akan mengeluh. “Aduh, kenapa sih pagi-pagi buta dan dingin seperti ini adzan Shubuh?” Mereka enggan, malas dan berat memenuhi panggilan-Nya.

Begitu juga dengan puasa, zakat, haji, semua itu adalah cara Allah untuk menunjukkan sejatinya iman hamba sebagaimana perintah perang yang turun di masa Rasululllah.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)

Ujian berkorban menggunakan harta dan jiwa adalah cara Allah memilih hamba-hamba penghuni surga. Bila engkau sangat mengharapkan surga, maka ketahuilah bahwa surga Allah itu tidaklah murah.

Dan bila seseorang syahid dalam membela agama Allah itu juga menjadi cara agar hamba tersebut bersegera berjumpa dengan Sang Pencipta yang dirindu. Ini sudah memberi gambaran tentang apakah orang beriman diuji.

Kalau Ada Ujian Berarti Ada Kemungkinan Kita Disayang Allah

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran: 140-141)

Sahabatku, ternyata Allah menunjukkan bahwa kemenangan sejati tidak didapatkan dengan bersantai. Ia membutuhkan pengorbanan besar. Dan mereka yang jujur dengan keimanannya akan mendapati kemenangan sejati, surga di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Maka jangan takut dengan pengorbanan. Sebaliknya, takutlah dengan ketenangan, kenyamanan, kedamaian. Karena ketenangan, kenyamanan dan kedamaian seringkali melalaikan manusia.

Bergembiralah dengan munculnya ujian. Karena dengan ujian dan pengorbanan, Allah hendak mendekatkan diri kita kepada-Nya. Raihlah kemenangan dengan pengorbanan.

Itu tadi sedikit tulisan yang menjelaskan apakah orang beriman diuji. Semoga Allah mengampun segala dosa yang kita perbuat dan meneguhkan keimanan kepada-Nya hingga akhir hayat.

Wallahu a’lam

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *