Cara Menguatkan Iman Agar Tidak Goyah dalam Perubahan

Bagaimana cara menguatkan iman agar tidak goyah dalam perubahan? Jawabannya adalah dengan menyadari perubahan itu sesuai dengan keinginan Allah. Baik perubahan itu menyenangkan atau tidak sudah ketetapan Allah.

Dulu, sahabat Rasul ketika tidak mendapatkan ujian selalu bertanya, “Kapankah ujian datang?” Mereka sadar bahwa dalam ujian yang datang, akan ada kesempatan untuk mengokohkan iman. Dan dengan kokohnya iman mereka mengharap Allah memberi ridho dan ampunan.

Macam-Macam Bentuk Ujian

Dan bentuk ujian yang umum kita jumpai adalah adanya perubahan. Bagi mereka yang selama ini diliputi kekayaan, perubahan dalam kekayaan, baik berkurang atau a adalah ujian.

Baca juga: Apakah yang Harus Kita Lakukan Ketika Mendapat Ujian dari Allah?

Mereka yang hidup dalam kekurangan juga sama. Bertambah miskin ujian, bertambah harta juga ujian.

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al Mulk: 2)

Mereka yang hidup dalam keluarga harmonis, perubahan sikap pasangan, orang tua, anak adalah ujian. Perubahan amanah atau jabatan juga ujian. Mereka yang mendapatkan jabatan atau kehilangan jabatan juga sama-sama mendapatkan ujian. Orang yang sembuh dari sakit atau mendapatkan sakit juga ujian.

Kesedihan Saat Ditimpa Musibah?

Lalu bagaimana manusia bereaksi saat mendapatkan perubahan? Ada yang terkejut kemudian sedih, ada yang terkejutkemudian bahagia. Ini adalah sesuatu yang wajar bagi manusia.

Tidak ada yang salah saat perasaan senang atau sedih mengikuti perubahan. Rasulullah juga bersedih saat putra beliau, Ibrahim, meninggal dunia.

Maka yang berbeda adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah, “Sungguh mengherankan keadaan orang yang beriman, saat ia mendapati musibah, ia bersabar, dan sabar adalah kebaikan baginya. Saat ia mendapati nikmat, ia bersyukur. Dan syukur adalah sebuah kebaikan baginya.”

Sabar dan Syukur Seorang Mukmin

Sahabatku, sabar dan syukur adalah sikap terbaik seorang mukmin berhadapan dengan perubahan. Lafadz hamdalah, ‘alhamdulillaah‘, berarti segala pujian hanya pantas bagi Allah. Sementara manusia, sekuat apapun usahanya untuk berhasil ia tidak layak dipuji.

Kenapa? Pertama, karena nikmat yang ia dapatkan sebenarnya memang telah ditakdirkan Allah SWT. Kedua, usaha yang ia lakukan sangat kecil porsinya dalam mempengaruhi hasil. Kondisi lingkungan, alam dan lain sebagainya telah diatur oleh Allah.

Makanya, ucapan seorang mukmin dalam menjumpai perubahan yang menyenangkan adalah mengembalikan semua pujian hanya kepada Allah.

Baca juga: Mengapa Allah Memerintahkan Kita untuk Berinfak?

Sebaliknya ungkapan seorang mukmin dalam menjumpai perubahan yang menyedihkan adalah ‘innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji’un‘. Dikembalikan kepada Allah.

Bahwa kita semua sesungguhnya adalah milik Allah dan kita semua sesungguhnya akan kembali kepada Allah. Semua perubahan dikembalikan kepada Allah. Yang menyenangkan dan yang tidak, semua memang sudah ketentuan Allah. Menyadari hal ini adalah salah satu cara menguatkan iman agar tidak goyah.

Yang mendapat nikmat tidak sombong, seolah-olah keberhasilan adalah usahanya sendiri. Yang mendapat musibah tidak berputus asa. Karena sadar bahwa musibah terjadi juga atas ijin Allah. Lalu apa yang harus dikhawatirkan?

Karena memang kehidupan ini adalah milik Allah, maka sudah hak Allah untuk menetapkan apapun untuk hambaNya.

Bagi manusia biasa perubahan akan membawa kekhawatiran atau kesedihan. Tapi tidak bagi mereka yang beriman. Perubahan akan membuat iman makin kokoh. Mereka akan diingatkan kembali bahwa hidup ini ada Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Perubahan Membuat Orang Tidak Sombong

Perubahan membuat mereka terhindar dari sombong. Perubahan membuat mereka selalu optimis dan berani menghadapi hidup. Perubahan membuat iman mereka selalu kokoh. Tapi kokohnya iman itu pilihan. Sedangkan perubahan itu pasti.

Kita bisa menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi. Tapi hal itu tidak akan memberi manfaat apapun. Menyalahkan akan membuat kita semakin goyah.

Agar iman itu kokoh, kita harus menerima perubahan. Bahwa semua ini adalah sunnatullah, bahwa semua yang terjadi adalah skenario Allah.

Hidup ini ada Yang Maha Mengatur, bukan perjalanan yang mengalir apa adanya. Semua apa yang terjadi dalam hidup ini tunduk pada ketentuan Allah SWT. Keyakinan itu akan membuat kita tegar dengan apapun yang terjadi.

Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. (QS. Ar Ra’d: 15)

Sekali lagi iman yang kokoh itu pilihan tapi perubahan itu pasti. Maka apa yang kita pilih? Ini tadi cara menguatkan iman agar tidak goyah.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *