Salah satu masalah dalam organisasi adalah tidak jalannya evaluasi. Evaluasi ini untuk melihat apakah aktivitas kita akan menggerakkan organisasi ke tujuan yang diinginkan. Bila memang tidak, harus segera diperbaiki.
Seharusnya pengalaman memang menjadi guru terbaik. Tapi ini hanya berlaku bagi individu, orang perorang. Bagi perusahaan, bisnis, lembaga atau organisasi, pengalaman, apalagi yang buruk jarang menjadi guru.
Tidak Ada Evaluasi di Organisasi
Jarang ada yang membahas pengalaman buruk dengan detil. Karena tidak ada yang menganalisa kegagalan malah membuat kegagalan yang sama terulang kembali. Dan ketika terjadi lagi, tidak ada yang membahas dengan seksama. Hal ini menjadi lingkaran setan.
Ataupun kalau sudah dibahas, hasilnya hanya berakhir di pembahasan. Tidak ada yang menjadi langkah nyata untuk masa yang akan datang.
Kejadian seperti ini tidak perlu terjadi bila pimpinan sadar bahwa kegagalan atau kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Dan mereka yang melakukan kesalahan di organisasi tidak perlu dihukum seolah-olah mereka orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kegagalan perusahaan.
Baca juga: Apa Saja Penyebab Perusahaan Bangkrut?
Bila pimpinan menghukum mereka yang bersalah, maka akan muncul ketakutan untuk mengungkapkan kesalahan. Akhirnya karena tidak ada yang menyampaikan, kesalahan tidak diketahui penyebabnya.
Dan karenanya kesalahan cenderung terulang kembali. Selain ketakutan untuk mengungkapkan masalah, alasan lain mengapa pengalaman buruk terulang kembali adalah keengganan untuk memutuskan bahwa harus ada aktivitas yang dihentikan.
Menghentikan Aktivitas Organisasi? Nanti Kita ‘Nggak Ada Aktivitas
Disadari atau tidak, kita lebih senang menjadi orang yang sibuk dibanding tak melakukan apapun.
Bila kita mengurangi atau menghilangkan sebuah aktivitas, seakan-akan kita tidak melakukan apapun. Padahal aktivitas yang dihentikan itupun jika dilakukan tidak memberi efek yang positif. Hanya sekedar menunjukkan kita sedang sibuk.
Banyak kita jumpai di rapat-rapat evaluasi ada rekomendasi perbaikan di aktivitas ini dan itu. Tapi untuk meniadakan aktivitas yang tidak efektif, rasanya berat sekali.
Padahal dengan mengurangi aktivitas yang tidak efektif akan ada sumberdaya yang lebih untuk melakukan hal-hal yang lebih efektif.
Saat kita ingin mencoba yang baru kita butuh SDM dan dana. Dari mana itu semua? Dari menghentikan aktivitas yang sudah ada tapi tidak efektif. Tapi akan ada banyak yang mempertanyakan hal itu.
Mempertanyakan Evaluasi
Apakah hal baru akan lebih efektif? Tidak tahu. Khan belum dilakukan mana bisa tahu efektif dan tidaknya. Setelah dieksekusi baru kita bisa tahu bagaimana pengaruhnya dalam organisasi.
Bagaimana kalau kita memaksimalkan SDM di aktivitas yang dinilai tidak efektif? Sebenarnya kita yang enggan menghentikan aktivitas ini. Makanya ada kesan mungkin kurang didukung makanya tidak efektif.
Apa iya kalau ditambah SDM akan lebih efektif? Kita yang ada di dalamnya pasti sudah tahu. Enggan, karena kita cuma khawatir. Sudah, hentikan aktivitas yang tidak efektif. Buka aktivitas baru, ambil SDM yang tidak terpakai di aktivitas baru tersebut.
Itu tadi masalah dalam organisasi yang bakal sering kau temui. Bagaimana dalam organisasimu?
Wallahu a’lam.