Siapapun Bisa Menebar Kebaikan dalam Islam

Siapapun bisa menebar kebaikan dalam Islam. Seperti apapun kelebihan atau kekurangannya. Butuh bisa, pengusaha atau orang kaya bisa. Orang biasa bisa, selebritas pun bisa. Asalkan punya kebaikan sebagai modalnya.

Iya saudaraku, bahkan siapapun bisa mewariskan kebaikan. Para pejuang kemerdekaan sudah mewariskan kebaikan yang besar kepada kita dengan kemerdekaan Indonesia. Para guru juga sudah mengajarkan ilmu pengetahuan, teladan yang mulia dan nilai kejujuran yang bisa dipercaya.

Tapi ketahuilah saudaraku, masing-masing kita apapun kedudukannya bisa mewariskan kebaikan. Orang miskin atau kaya, pejabat atau rakyat jelata, yang berparas tampan atau biasa semua bisa.

Karena mewariskan kebaikan tidak bermodal harta, jabatan atau fisik yang indah. Untuk bisa mewariskan kebaikan modalnya adalah memiliki kebaikan.

Baca juga: Amalan Ringan Timbangan Berat

Buruh atau Pengusaha Bisa Menebar Kebaikan dalam Islam

Seorang buruh kasar bisa mewariskan kebaikan. Caranya dengan tetap bekerja keras dan jujur. Ia bisa mewariskan kerja keras dan jujur itu kepada temannya, anak dan istrinya. Dengan bekerja itu, ia bisa menjadi jalan bagi anak-anaknya untuk belajar dan meraih cita-cita.

Warisan bagi Allah ‘Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya. (HR. Ath-Thahawi).

Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi)

Bila buruh bisa mewariskan kebaikan, yang kaya pasti lebih bisa. Dengan kelebihan harta yang dimiliki ia bisa menjadi jalan rezeki bagi orang yang bekerja di bawahnya. Bila satu orang bekerja untuk menafkahi satu keluarga, maka yang kaya bisa mewariskan kebaikan bagi banyak keluarga.

Rakyat Jelata atau Pemimpin Bisa Mewariskan Kebaikan

Rakyat jelata bisa mewariskan kebaikan. Ia bisa menjadi warga yang baik yang selalu menjadi contoh bagi warga lainnya. Perbuatan baik dalam kesehariannya bisa membuat orang lain senang berada di dekatnya dan berharap bisa menjadi seperti dirinya.

Bila rakyat jelata bisa, pejabat pasti lebih bisa mewariskan kebaikan. Dengan perintahnya, jalan raya dibangun, fasilitas kebaikan didirikan, tempat maksiat dihancurkan. Maka semua warga yang mampu melakukan kebaikan akibat dari kebijakannya akan memberikan aliran pahala.

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,” ( QS. Al-Anbiya’: 73)

Mereka yang memiliki fisik tak istimewa bisa mewariskan kebaikan. Ia bisa memberikan wajah yang berseri saat bertemu sesama manusia. Ia bisa memberi semangat saat hari-hari yang sedih dan susah terjadi di antara manusia.

Bila yang biasa saja bisa, maka mereka yang berparas tampan dan rupawan juga lebih bisa. Mereka dengan kelebihan yang dimiliki bisa lebih mudah diterima saat menasehati lainnya. Paras yang meneduhkan membuat siapa yang menatap merasa tenang.

Semua Bisa Menebar Kebaikan dalam Islam

Semua bisa mewariskan kebaikan. Tak pantas bila kita merasa rendah diri dengan apa yang ada. Karena mewariskan kebaikan bisa dilakukan oleh semua.

Bukankah itu yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad saw? Tak ada batasan apapun selama masih ada nyawa. Dari Abu Mas’ud yaitu ‘Uqbah bin ‘Amral Anshari al-Badri r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang memberikan petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah seperti pahala orang yang melakukan kebaikan itu.” (Riwayat Muslim)

Apalagi yang hendak kita tunggu, saudaraku. Mulai berbuat kebaikan-kebaikan kecil yang kita bisa. Tersenyum kepada saudara, menyingkirkan duri di jalan, berinfak dengan jumlah yang kita bisa, bahkan mengucapkan terima kasih kepada sesama.

Semua ini adalah amal-amal kebaikan yang kecil. Tapi siapa sangka amal-amal kecil ini bisa memberi semangat kepada saudara kita, menjadikan mereka lebih bergelora melakukan kebaikan sama seperti kita. Mari mewariskan kebaikan.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *