Jangan campur adukkan kebenaran dan kebathilan. Itulah pelajaran yang diberikan Allah kepada kaum muslimin selepas perjanjian Hudaibiyah.
Perjanjian Hudaibiyah adalah kemenangan yang dijanjikan oleh Allah. Saat itu banyak mata manusia yang tidak menyadarinya saat perjanjian itu dibuat. Yang terasa saat itu hanyalah perendahan kemuliaan Nabi dan isi perjanjian yang berat sebelah. Apapun itu, perjanjian telah disepakati oleh Rasulullah.
Baca Juga: Arti Keluarga dalam Islam
Mencegat Rombongan untuk Balas Dendam
Dalam perjalanan pulang, ada sekelompok orang kafir yang ingin mengunjungi Mekkah untuk umroh. Umroh disini artinya mengunjungi Mekkah. Ritual ibadahnya sesuai dengan kebiasaan di masyarakat asalnya.
Ketika berpapasan dengan rombongan Rasulullah, beberapa sahabat mengusulkan agar mencegat mereka, karena teman-teman mereka (kafir Quraisy) juga telah melarang mereka mendatangi Ka’bah waktu itu.
Allah kemudian memberi teguran,
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Maidah: 8)
Sahabatku yang dirahmati Allah, sungguh agama Islam ini mengajarkan umatnya agar tetap menjadi umat yang terbaik. Rasa permusuhan dan benci kepada orang yang memusuhi kita adalah sesuatu yang wajar. Tapi jangan sampai rasa benci dan permusuhan itu menghalangi kita untuk berbuat adil.
Meskipun kalau ditanya sekarang bila orang Madinah mencegah apakah ada yang salah? Banyak di antara manusia menganggap itu wajar. Tapi Allah tetap melarangnya.
Ridha dengan Keputusan Allah
Bukankah ketika ada maksiat yang dilakukan oleh seorang manusia sudah ada perhitungannya di sisi Allah? Dan mereka yang melakukannya juga akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Lalu apa yang membuat kita harus terbakar emosi untuk membalas maksiat yang mereka lakukan?
Bila kita tersulut emosi kemudian melupakan peringatan Allah di atas, maka kita malah merusak diri kita sendiri. Kebaikan yang kita miliki malah tercoreng dan terkurangi dengan perilaku balas dendam yang kita lakukan.
Tapi hati ini masih sakit! Mungkin ada yang beralasan begitu. Rasanya ingin melampiaskan rasa marah. Sebenarnya kalau kita meneliti lagi, kenapa marah? Kita merasa bahwa pada Hudaibiyah adalah sebuah kekalahan. Padahal Allah mengatakan bahwa itu adalah kemenangan.
Kita merasa bahwa itu bukan kemenangan. Kita ingin melawan keputusan Allah. Tapi kalau kita melawan, Tuhan kita ini siapa?
Astaghfirullah!!!
Sahabatku yang dirahmati Allah, sesungguhnya keadilan itu dekat dengan takwa. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kita lakukan. Janganlah berlaku seperti orang Yahudi yang mencoba menipu Allah dengan tipuan yang rendah.
Padahal Allah adalah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan Allah menjaga kemenangan umat Islam dari tindakan-tindakan yang merendahkan diri sendiri. Maka dari itu jangan campur adukkan kebenaran dan kebathilan.
Semoga Allah juga melimpahkan hidayah kepada kita agar terhindar dari perbuatan dholim.
Wallahu a’lam.