Kenapa Kita Harus Berdakwah? Abu Ayyub Al Anshari Menjelaskan

Kenapa kita harus berdakwah? Kenapa tidak boleh “pensiun” dalam dakwah. Salah satu penggalan kisah ini mungkin bisa menjelaskan.

Dalam sebuah peperangan di wilayah Konstantinopel, ada seorang prajurit Anshar bergegas menerobos barisan musuh. Dan tidak lama, maka ia syahid. Prajurit lain yang menyaksikan peristiwa ini kemudian berkomentar, “Orang ini menjatuhkan dirinya dalam kebinasaan.”

Penjelasan Abu Ayyub Al Anshari

Tiba-tiba, salah seorang sahabat Anshar, Abu Ayyub Al Anshari menyampaikan, ayat yang terkait dengan menjatuhkan diri dalam kebinasaan itu bukan seperti peristiwa yang sedang terjadi.

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah 195)

“Ayat di atas,” Kata Abu Ayyub Al Anshari, “Adalah peringatan dari Allah kepada kami, kaum Anshar.” “Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah, kami Anshar, telah bersama-sama Belau dalam mendakwahkan Islam, berjuang dengan apapun yang kami punya.”

“Di masa-masa itu, kami seringkali meninggalkan keluarga, jarang memperhatikan kebutuhan mereka. Anak-anak, istri dan kerabat lain yang sebenarnya membutuhkan kasih sayang juga harus mengalah demi dakwah Islam.”

“Lalu Allah menakdirkan kemenangan bagi kaum muslimin, peperangan mulai berkurang. Maka dengan demikian kami ingin kembali merawat keluarga kami. Toh, sudah banyak orang yang bersyahadat.”

“Allah pun menurunkan ayat ini untuk mengingatkan kami. Bahwa bila kami meninggalkan perjuangan dalam berdakwah, itulah sebenarnya yang akan
membinasakan.”

Baca juga: Kenapa Islam Itu Mudah?

Berangkat Sebagai Prajurit Meski Usia 80 Tahun

Sahabatku, Abu Ayyub Al Anshari di atas, berada dalam rombongan perang bukan sebagai penasihat agama. Ia di sana sebagai prajurit. Padahal usianya lebih dari 80 tahun. Saat itu Islam dipimipin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan.

Keluarga dan para pemimpin kaum muslimin telah membujuknya untuk tidak berangkat perang. “Saatnya pensiun” demikian barangkali bahasa kita. Tapi tetap saja ia tidak berkenan. Ia bersikeras untuk berangkat sebagai prajurit dalam menaklukkan Konstantinopel.

Salah satu ayat yang menjadi penyemangatnya adalah, “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At Taubah: 41)

Maka ketika di usia yang sudah lanjut dan ada panggilan berjihad, Abu Ayyub sadar bahwa ini adalah sesuatu yang berat. Tapi ayat di atas meneguhkan pendiriannya. Ia sudah tahu jawaban “kenapa kita harus berdakwah?”

Usia yang sudah tua, tenaga yang tak lagi perkasa, tubuh yang tak lagi gesit dan bertenaga memang menjadikan seorang manusia berat untuk maju ke medan laga. Tapi bukankah itu juga pesan yang disampaikan oleh Rasulullah?

Baca juga: Bukan Lebih Baik Sedikit tapi Ikhlas, Yang Benar Banyak dan Ikhlas

Kesenangan Dunia Vs Kesenangan Akhirat

Karena banyak orang yang tidak mengetahui rahasia di balik pengorbanan dengan jiwa dan harta yang terasa berat itu, tidak semua orang bersedia melakukannya.

Masih banyak nikmat di dunia yang belum dirasakan. Padahal bukankah kenikmatan dunia itu sangat kecil dibandingkan kemenangan nanti di akhirat?

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At Taubah : 38)

Jangan-jangan dalam hati kita sudah merasa puas dengan kehidupan dunia. Padahal dunia ini tidak kekal. Kenikmatan yang ada di dalamnya juga hanya sementara. Bandingkan dengan kenikmatan atau kemenangan di akhirat. Kenikmatan yang tidak akan pernah berakhir.

Hal ini juga yang membuat Abu Ayyub Al Anshari tetap tegar berjuang meski usia tak lagi muda. Di saat manusia biasa seringkali ingin santai dan damai tinggal di rumah yang nyaman, ia malah menyambut seruan jihad.

Sahabatku, kata-kata “pensiun” bagi seorang muslim dalam berjuang tidak pernah ada. Yang ada hanya berganti bentuk aktivitas kebaikan. Dari satu amal sholeh menjadi amal sholeh yang lain.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Alam Nasyrah: 7).

Itu tadi penjelasan kenapa kita harus berdakwah.Semoga Allah menguatkan hati kita agar tetap tegar dalam perjuangan kehidupan yang hanya mengenal pensiun ketika Allah menjemput dalam keadaan husnul khotimah.

Wallahu a’lam.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *